Kesenian Masyarakat Bali, Kehilangan Karisma Berita Peristiwa - Berita Peristiwa

Jumat, 13 November 2009

Seni Bali Kehilangan Taksu


b.bali.pcom/file


Kesenian dalam kehidupan masyarakat Bali, kini mengalami pergeseran ke arah material (materialisme), yang mengakibatkan kesenian Bali kehilangan taksu (karisma). Demikian Guru Besar Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar Prof.Dr. I Wayan Dibia.

Menurut Dibia, taksu sangat diperlukan dalam semua bidang profesi dan masyarakat Bali meyakini, taksu sangat menentukan keberhasilan garapan karya seni. Masyarakat Bali, juga memandang taksu sebagai kekuatan yang dapat memberi kecerdasan dan kewibawaan kepada pemiliknya. Sekaligus sebagai jiwa, daya pikat bagi karya seni yang dihasilkan.

“Pegelaran atau ciptaan karya seni yang memiliki taksu, akan menjadi hidup dan berjiwa, sehingga dapat menggetarkan perasaan para penikmatnya,” ujar Prof Dibia.

Kreativitas seni tanpa taksu akan menjadi hampa dan hambar, sehingga tidak mampu membangkitkan cita-rasa bagi penikmat seni. Memang, taksu selama ini lebih banyak dikaitkan dengan seni, meskipun dalam realitasnya sangat dibutuhkan dalam semua bidang profesi.

Dalam tradisi Bali, pencapaian taksu seringkali melalui atau proses kegiatan ritual. “Di Bali dan tempat lain di Indonesia maupun belahan dunia, masyarakatnya percaya, bahwa seni adalah ciptaan Tuhan, dan mereka yakin kualitas suatu pegelaran ditentukan oleh datangnya sinar suci Tuhan (yang juga dikenal sebagai taksu),” ucap Prof Dibia.(*o/ant)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar