
Taksu Bali
Taksu di Bali sangata erat dengan kebudayaan Bali, untuk lebih memahaminya silahkan baca artikel berikut
Kegiatan seni bagi masyarakat Hindu Bali merupakan suatu refleksi kehidupan dalam upaya mengungkapkan esensi suatu karya yang mengandung kualitas keindahan, rasa bhakti yang berpedoman kepada nilai-nilai budaya tradisi. Kegiatan seni terwujud dalam bentuk tarian, arsitektur tradisional, patung atau artifak, sastra, lukisan, dan sebagainya. Sedangkan makna dari kegiatan seni adalah sebagai wujud persembahan (Yadnya) kepada Sang Hyang Widhi Wasa dalam wujud karya seni.
Masyarakat Bali (Hindu) mengenal adanya suatu pedoman mengenai pencapaian kualitas untuk menghasilkan suatu karya bermutu, disebut taksu. Taksu sebagai landasan pencapaian kualitas seni lebih mudah dilihat, dirasakan dan dijelaskan melalui bentuk tarian, karena perwujudannya tampak secara visual. Berdasarkan hasil survey, taksu ternyata ada pada setiap bidang kegiatan.
Berdasarkan keterangan diatas, maka fokus penelitian ini untuk mengungkapkan pencapaian kualitas taksu pada bidang arsitektur rumah tradisional Bali, yaitu griya sebagai studi kasus. Penelitian tesis ini mempergunakan metoda penelitian kualitatif, tujuannya untuk memperoleh pandangan secara holistik dari mereka yang diteliti. Penelitian meliputi komposisi rumpun bangunan, pekarangan, natah (halaman), dan karakteristik penghuni.
Temuan-temuan yang diperoleh, taksu pada dasarnya merupakan landasan berpikir dalam upaya mengungkapkan nilai-nilai dan makna keindahan yang tertinggi. Berdasarkan keterangan di atas ditemukan tiga unsur penting yang saling mempengaruhi untuk tercapainya pemahaman nilai-nilai taksu, yaitu : undagi (arsitek), griya (karya), dan masyarakat umum (penghuni griya). Undagi dengan karyanya bila mendapatkan suatu pengakuan, penghargaan dari masyarakat dikatakan sebagai undagi metaksu dan griya metaksu. Metaksu adalah hasil apresiasi masyarakat sebagai penikmat karya, karena secara kreatif seniman tersebut telah mampu menghasilkan dan menyampaikan suatu karya yang memenuhi nilai-nilai yang hendak dikomunikasikan, berupa pesan-pesan estetik.
Inti dari pencapaian taksu menjadi metaksu, adalah didalam suatu karya tersembunyi subjektivitas undagi, dan masyarakat melihat sebagai suatu karya yang utuh (manunggal). Maka taksu dapat dikatakan semacam “ideologi” bagi masyarakat Hindu Bali; dalam pengertian sebagai suatu kumpulan nilai-nilai budaya asli daerah yang dijadikan landasan pemikiran, pendapat yang memberikan arah tujuan untuk mencapai kualitas dalam kehidupan.
Pencapaian pemahaman nilai-nilai taksu merupakan sesuatu yang sangat penting bagi undagi karena akan berdampak dalam upaya menjaga kualitas keharmonisan dan keserasian antara bhuwana alit dan bhuwana agung, sesuai tujuan akhir hidup orang Bali, yaitu : mencapai kesejahteraan jagad dan mencapai moksa (keabadian akhirat).
Translate:
Artistic performance is a life reflection to the Balinese in their effort to reveal essence of product that contains attractiveness and devotion to traditional life, such as dancing, painting, sculpture or artifact, literature, traditional architecture, ect. While the artistic activity function in considered as the artist realization in offering (Yadnya) to their God, Sang Hyang Widhi Wasa in the artistic product format.
The Balinese Hindu society recognizes the existence of a process that they use as a guidance to achieve a quality artistic product, which is known as taksu. Taksu as a base to achieve high quality product, easily can be seen, felt, and explained in the forms of dancing since it has a visual form.
Survey indicates that taksu has exists on all forms of activities. Based on the above, this research has focused on taksu quality achievement in the field of traditional Balinese architecture, griya as a case study. A qualitative methodology is employed on this research in order to get a holistic view. The research consists of building structural composition, yards, and the occupant characteristics.
The finding : taksu in general is the basis of thought in an effort to reveal the highest quality value. There are three important factors interrelated to achieve understanding on taksu, namely : the undagi ( the traditional architecture), griya (product), and the general public (the griya occupant). If an undagi with his masterpiece, griya gets appreciation form the society, it is called that the undagi and the griya are metaksu. Metaksu is the general society appreciation as devotee, since the artist creativity has able to communicate values in the form of aesthetical messages.
The point of taksu to become metaksu in an undagi achievement is the undagi hidden subjectivity; the society sees it as a united product. Taksu for the Balinese Hindu could be said as their ‘ideology’, as a group of region original cultural values which is used as a base of their thought, opinion that give them guidance in achieving better quality in life. Achievement of taksu understanding is a very important matter to an undagi, as it has an effect in maintaining harmony between the micro and macro cosmos, in accordance to the ultimate Balinese goal in life; to accomplish universe prosperity and to achieve moksa (redemption/ eternity).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar